Mengeluh Kaki Kram, Mustofa Idap Kanker Tulang Ganas, Butuh Uluran Tangan untuk Berobat


bisque-mole-706934.hostingersite.com, Samarinda – Awal Februari lalu menjadi bulan kelam bagi Mustofa (13). Diusianya yang masih belia, dirinya harus menahan cobaan begitu berat. Dia divonis menderita tumor tulang ganas stadium akhir oleh dokter.
Saat ini, seharusnya dia bersama sejawatnya tengah bercanda riang di sekolah. Namun Mustofa hanya bisa berbaring dan merintih sakit di atas matras kamar di rumahnya Jalan DR Sutomo Gang 7 Blok B Nomor 22 RT 34, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda. Rasa gerah dan panas menjalar ditubuhnya sehingga ia memilih tidur hanya mengenakan celana pendek.
Tumor sebesar bola rugbi tumbuh di wajah kanannya kerap membuatnya kesakitan. Sudah 3 hari terakhir Mustofa mulai kesulitan menelan makanan lantaran saluran pernapasannya terganggu. Kurangnya asupan gizi membuat kondisinya semakin drop. Bahkan tulang-belulangnya mulai nampak ditubuhnya. Padahal sebelumnya tubuh Mustofa gempal dan sehat.

Ayah Mustofa, Muhammad Romli mengatakan awal Februari lalu anak lelakinya tersebut mengeluhkan paha kanannya kram. Hal itu terjadi usai Mustofa mengikuti pelajaran olahraga futsal di sekolahnya SMP Negeri 22 Samarinda demi mendapatkan nilai. Romli mengaku saat itu dirinya mengurut paha Mustofa karena dikira hanya kram biasa akibat cidera saat berolahraga.
Meski kakinya masih sakit, siswa kelas X ini tak pernah absen ke sekolah. Dengan berjalan pincang, Mustofa tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya bersama temannya.
Tak lama berselang, keadaan Mustofa mulai memburuk. Muncul benjolan di mata kirinya membuat dia dan keluarganya panik. Ditambah benjolan kian hari terus membesar.
Ayahnya pun langsung mengajak Mustofa berobat ke RSUD AW Sjahranie Samarinda. Saat dites darah, dokter mengatakan tidak ditemukan adanya penyakit. Akhirnya Romli dan anaknya kembali ke rumah.
Kemudian, selama kurang lebih satu bulan Mustofa dan ayahnya bolak-balik ke rumah sakit untuk memeriksakan mata dan paha anaknya yang kian hari terus membesar.
“Dari poli mata, poli ortopedo (tulang), namun hasilnya sama. Tak ditemukan penyakit apapun. Namun salah seorang dokter rumah sakit menyuruh saya untuk melakukan pemeriksaan di Lab Nuklir agar bisa diagnosis penyakit anak saya,” tutur Romli kepada bisque-mole-706934.hostingersite.com.
Butuh waktu 2 pekan bagi Mustofa untuk menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap sakit keras. Apalagi saat hasil laboratorium menyebut dia mengidap penyakit tumor tulang ganas. Tentunya ujian yang menimpa putra pasangan Romli dan Maraim ini membuat kedua orangtuanya terkejut.
“Saya enggak menyangka anak saya kena penyakit seperti ini,” ucap Maraim, ibu Mustofa sembari menangis saat diwawancarai wartawan.
Sejak diketahui menderita tumor ganas, Mustofa langsung mendapat perawatan di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD AW Shajranie Samarinda. Selama 12 hari menjalani perawatan, kondisi mata Mustofa semakin hari kian membesar. Bahkan kedua matanya tak lagi dapat melihat. Lantaran tak dapat tindakan medis lagi dari pihak rumah sakit, orangtua Mustofa sepakat membawa pulang anaknya.
“Selama di RS Mustofa sering mengeluh sakit, namun selama di rumah anak saya tidak pernah mengeluh sakit lagi. Di rumah sakit juga sudah tidak ada tindakan lanjut hanya sekadar diberi obat, jadi lebih baik kami pulang,” aku Romli.

Selama di rawat di rumah keadaan Mustofa semakin parah dikarenakan benjolan matanya semakin membesar dan timbul benjolan lainya di bagian kepala Mustofa.
Romli mengaku bersyukur selama musibah ini banyak belas kasih dari orang dermawan yang datang membantu memberikan sumbangan untuk pengobatan Mustofa. Pasalnya dirinya hanyalah tukang becak di Pasar Segiri. Dalam kondisi saat ini dirinya sering tak menarik becak lantaran lebih banyak mengurus anaknya.
“Selain bantuan pihak sekolah, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang pun turut membantu dan menyuruh Mustofa di rawat di RS Siaga Almunawwarah Ramania Samarinda untuk mendapatkan tindakan medis lebih lanjut,” bebernya.
Saat dibawa ke rumah sakit rekomendasi wali kota, dokter menyarankan agar kaki Mustofa diamputasi. Namun melihat kondisi anaknya yang sangat lemah, Romli mengurungkan niatnya menyetujui tindakan amputasi itu.
“Biar diamputasi kaki anak saya tetap juga benjolan yang dikepalanya enggak akan hilang, ditambah lagi kondisinya sangat lemah saat ini,” tuturnya.
Selama 2 hari berada di RS Siaga Almunawwarah Ramania Samarinda Mustofa pun dibawa pulang oleh orangtuanya. Saat ini ayah dan Ibunya hanya berharap ada pengobatan lain selain mengamputasi kakinya.
“Semoga saja ada bantuan entah itu berbentuk pengobatan alami atau herbal yang bisa menyembuhkan penyakit anak saya,” harap Mariam. (*)
Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Suci Surya Dewi